No products in the cart.
“Terungkap! Ini Realita Pahit di Balik Anak Petani yang Tak Lagi Mau Bertani”

🌾 Ketika Ladang Tak Lagi Dilirik Pewarisnya
Di balik sawah hijau dan ladang subur yang dulu jadi tumpuan hidup masyarakat desa, hari ini tersimpan kenyataan pahit: anak-anak petani semakin enggan meneruskan pekerjaan orang tuanya.
Padahal, profesi petani adalah pilar utama ketahanan pangan bangsa. Namun siapa yang akan melanjutkan jika generasi penerus menolak menggarap tanah warisan?
❗ Fenomena Nyata: Petani Menjadi Profesi yang Ditinggalkan
Survei dan data menunjukkan bahwa jumlah petani usia produktif terus menurun. Sementara mayoritas petani Indonesia saat ini berusia di atas 45 tahun, bahkan banyak yang mendekati usia pensiun.
Di sisi lain, anak-anak mereka justru memilih jalan lain—merantau ke kota, bekerja sebagai buruh, karyawan kontrak, atau bahkan pengangguran. Bagi mereka, menjadi petani tidak menjanjikan masa depan yang cerah.
🔍 Kenapa Ini Terjadi? Inilah Realita Pahitnya:
- Petani = Miskin dan Tidak Prestisius
Banyak anak petani tumbuh dengan stigma bahwa pekerjaan ayah atau ibunya adalah “terpaksa”, bukan “pilihan.” Mereka melihat langsung kerasnya kerja bertani dan minimnya hasil. Hal ini membentuk anggapan bahwa bertani = kegagalan. - Penghasilan Tak Seimbang dengan Jerih Payah
Harga pupuk mahal, hasil panen tidak stabil, dan tengkulak yang seringkali menekan harga membuat penghasilan petani tidak mencukupi kebutuhan hidup. Anak-anak yang menyaksikan ini sejak kecil akhirnya memilih jalan lain. - Kurangnya Akses pada Inovasi dan Dukungan
Dunia pertanian masih banyak yang dikelola secara konvensional. Tanpa teknologi, modal, pelatihan, dan akses pasar yang baik, bertani menjadi pekerjaan berat yang tak menguntungkan. - Tidak Ada Regenerasi yang Terstruktur
Tidak ada sistem yang mendorong regenerasi petani. Sekolah pertanian minim peminat, dan program pembinaan generasi muda di bidang pertanian masih sangat terbatas.
🌱 Apa Dampaknya?
Jika tren ini terus berlanjut, Indonesia menghadapi ancaman serius dalam ketahanan pangan.
Bukan tidak mungkin dalam 10–20 tahun ke depan, kita akan mengalami:
- Kekurangan tenaga kerja pertanian
- Ketergantungan tinggi pada impor pangan
- Lahan-lahan subur berubah jadi kawasan industri atau perumahan
💡 Solusi: Saatnya Petani Diangkat Derajatnya
Di Yayasan Cahaya Semesta Jaya, kami percaya bahwa pertanian adalah masa depan—bukan masa lalu.
Karena itu, kami menjalankan program Ketahanan Pangan Terpadu melalui:
✅ Pengolahan lahan menjadi pertanian modern berbasis teknologi
✅ Peternakan dan perikanan berkelanjutan
✅ Pelatihan generasi muda desa untuk menjadi agropreneur (petani modern)
✅ Akses ke pembiayaan, pemasaran, dan edukasi digital pertanian
❤️ Mari Jadi Bagian dari Perubahan Nyata
Kami mengundang Anda untuk ikut ambil bagian dalam membangun masa depan yang lebih mandiri bagi petani dan ketahanan pangan Indonesia.
Dukungan Anda sangat berarti untuk:
🌾 Mengolah lebih banyak lahan tidur menjadi produktif
📚 Melatih lebih banyak anak muda jadi petani modern
🍽️ Menyediakan pangan sehat dan berkelanjutan untuk masyarakat
📢 Salurkan Donasi Kebaikanmu Melalui:
💳 Rekening Donasi:
Yayasan Cahaya Semesta Jaya Peduli
[BRI] 6802-01-035888-53-8 a.n Perkumpulan Cahaya Semesta Jaya
[BSI] 777 999 9755 a.n Cahaya Semesta Jaya
📲 Konfirmasi Donasi via WA: 0821-1000-7849
🙏 Donasi Anda akan langsung disalurkan untuk program pertanian, peternakan, dan perikanan berkelanjutan bersama masyarakat desa binaan.