No products in the cart.
Kisah Inspiratif Sahabat Rasul: Hidup Sederhana, Namun Kaya dalam Sedekah

Di tengah kemegahan kisah para sahabat Rasulullah ﷺ, terdapat sosok-sosok luar biasa yang hidup dalam kesederhanaan namun berhati seluas samudera dalam hal kebaikan. Mereka bukan orang yang bergelimang harta, namun semangat berbagi dan bersedekahnya melebihi orang-orang kaya. Salah satu yang paling menginspirasi adalah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sang perawi hadis terbanyak, yang hidup sangat sederhana namun menjadi teladan dalam keimanan dan kedermawanan.
Abu Hurairah: Sang Ahli Hadis yang Bersahaja
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dawsi, namun ia lebih dikenal dengan kunyah Abu Hurairah, yang berarti “Bapak Kucing Kecil.” Ia berasal dari Yaman dan masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriah. Meski baru memeluk Islam saat Rasulullah sudah hijrah ke Madinah, Abu Hurairah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, mencapai lebih dari 5.000 hadis.
Kehidupan Abu Hurairah penuh dengan keterbatasan. Ia tidak memiliki rumah megah, pakaian mewah, ataupun makanan berlimpah. Ia lebih sering mengalami lapar daripada kenyang. Bahkan dalam beberapa riwayat, ia pernah pingsan di masjid karena kelaparan dan dianggap orang gila oleh sebagian sahabat.
Namun di balik kesederhanaan dan kefakirannya, Abu Hurairah memiliki kekayaan batin luar biasa yaitu cinta pada ilmu dan semangat memberi. Ia menghabiskan waktunya bersama Rasulullah ﷺ untuk belajar, mendengar, mencatat, dan menyebarkan ilmu. Bahkan saat orang-orang sibuk berdagang atau mengurus kebun, Abu Hurairah memilih tinggal di Suffah area di Masjid Nabawi tempat para sahabat miskin tinggal agar tidak melewatkan satu pelajaran pun dari Rasulullah.
Kekayaan Hati dalam Memberi
Meski hidup pas-pasan, Abu Hurairah dikenal gemar bersedekah. Ia tidak menunggu memiliki banyak untuk bisa memberi. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ketika ia menerima makanan, ia tidak makan sendirian. Ia memanggil sahabat-sahabatnya di Suffah untuk makan bersama, walaupun porsinya sangat terbatas.
Suatu ketika, Rasulullah ﷺ memberi Abu Hurairah segelas susu. Ia diminta untuk membagikannya kepada ahli Suffah. Meski dalam keadaan lapar, ia tetap mendahulukan yang lain. Satu per satu diminumkan kepada mereka hingga akhirnya gelas itu kembali ke tangan Abu Hurairah. Ajaibnya, susu itu masih tersisa cukup untuk dirinya, padahal telah diminum banyak orang. Inilah salah satu keajaiban berkah dari memberi.
Prinsip Hidup yang Mengakar dalam Islam
Kisah Abu Hurairah mempertegas bahwa kaya bukan soal harta, tapi hati. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah telah membuktikan bahwa seseorang bisa tetap menjadi dermawan walau tak berharta. Ia menjadikan sedekah bukan hanya dalam bentuk materi, tapi juga ilmu, perhatian, dan doa. Ia memberikan waktunya untuk mencatat ilmu, membagikan hadis, dan menghidupkan sunnah Nabi di tengah umat.
Inspirasi untuk Zaman Sekarang
Di tengah zaman modern seperti sekarang, kisah Abu Hurairah menjadi oase penyegar jiwa. Banyak orang menunda berbuat baik karena merasa “belum cukup.” Padahal, berbagi tidak harus menunggu kaya. Bahkan senyum, tenaga, ilmu, dan perhatian bisa menjadi bentuk sedekah yang luar biasa nilainya.
Bayangkan jika satu orang mengajar anak-anak mengaji setiap sore secara sukarela. Atau membantu bersih-bersih masjid tanpa dibayar. Atau menyisihkan Rp1.000 per hari untuk wakaf atau infak. Kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan secara istiqamah akan menjadi gunung pahala di akhirat kelak.
Allah berfirman:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. Al-Baqarah: 261)
Makna Sedekah yang Luas
Salah satu warisan pemahaman dari Abu Hurairah dan para sahabat lainnya adalah makna sedekah yang luas. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Setiap ruas tulang dari kalian wajib disedekahi setiap harinya. Menegakkan keadilan antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraan atau mengangkat barangnya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju masjid adalah sedekah. Dan membuang halangan dari jalan adalah sedekah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kebaikan adalah investasi yang tidak pernah rugi. Bahkan ketika tidak terlihat hasilnya di dunia, yakinlah Allah sedang menyiapkan balasan terbaik di akhirat. Begitulah cara berpikir para sahabat Rasul termasuk Abu Hurairah.
Penutup: Jadilah Abu Hurairah di Masa Kini
Kita semua bisa meneladani Abu Hurairah. Tak perlu menunggu menjadi miliarder untuk berbagi. Mulailah dari hal-hal kecil: bantu tetangga, ajari anak-anak mengaji, sisihkan uang jajan untuk kotak infak, atau luangkan waktu menjadi relawan di masjid dan yayasan sosial.
Yayasan CSJ Peduli pun berkomitmen untuk melanjutkan semangat para sahabat Rasulullah dalam berbagi dan mendidik. Kami membuka kesempatan bagi siapa saja untuk ikut serta dalam program-program kebaikan baik lewat wakaf produktif, infak pendidikan, santunan yatim, hingga program bersih-bersih masjid.
Sebagaimana Abu Hurairah memberi walau dalam kefakiran, mari kita belajar memberi walau dalam kesederhanaan. Karena di balik setiap kebaikan yang kita lakukan, terdapat cahaya yang tak terlihat, tapi menerangi dunia dan akhirat.
🌟 Ajakan Kebaikan 🌟
Ingin ikut menjadi bagian dari semangat berbagi seperti Abu Hurairah?
💝 Yuk, salurkan wakaf, infak, dan sedekah terbaik Anda melalui Yayasan CSJ Peduli.
Setiap rupiah akan kami gunakan untuk membangun pendidikan anak-anak, menebar keberkahan melalui program sosial, dan menghidupkan masjid-masjid sebagai pusat peradaban umat.
Rekening Donasi:
Yayasan Cahaya Semesta Jaya Peduli
[BRI] 6802-01-035888-53-8 a.n Perkumpulan Cahaya Semesta Jaya
[BSI] 777 999 9755 a.n Cahaya Semesta Jaya
Konfirmasi Donasi via WA: 0821-1000-7849