No products in the cart.
Mengajarkan Anak Cinta Al-Qur’an Sejak Dini

Pendahuluan: Cinta yang Ditumbuhkan Sejak Dini
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Menjadikan anak-anak kita dekat dengan Al-Qur’an sejak kecil bukan sekadar keterampilan membaca huruf hijaiyah, tetapi juga menanamkan kecintaan yang mendalam agar kelak mereka tumbuh dengan akhlak mulia, hati yang tenang, dan iman yang kuat.
Sayangnya, di tengah derasnya arus teknologi dan hiburan, tidak sedikit anak-anak yang lebih akrab dengan gawai daripada mushaf Al-Qur’an. Di sinilah peran orang tua sangat penting: menumbuhkan cinta Al-Qur’an sejak usia dini, bukan dengan paksaan, melainkan dengan kesabaran, keteladanan, dan suasana yang menyenangkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menjadi motivasi besar bagi setiap orang tua untuk mengajak anak-anaknya berinteraksi dengan Al-Qur’an sejak dini.
Mengapa Harus Sejak Dini?
Psikolog perkembangan anak menegaskan bahwa usia dini (0–7 tahun) adalah masa emas (golden age) dalam pembentukan karakter, nilai, dan kebiasaan. Pada masa ini, otak anak sangat cepat menyerap, meniru, dan merekam pengalaman sehari-hari.
Jika pada usia ini anak terbiasa mendengar lantunan ayat suci, melihat orang tuanya membaca Al-Qur’an, atau bahkan sekadar memegang mushaf dengan penuh hormat, maka kesan positif itu akan membekas kuat dalam dirinya.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menekankan pentingnya pendidikan anak sejak dini agar tidak terbawa arus kebiasaan buruk ketika dewasa. Maka, mengajarkan cinta Al-Qur’an sejak kecil adalah investasi jangka panjang yang nilainya tak ternilai.
Prinsip Dasar Mengajarkan Al-Qur’an kepada Anak
Sebelum masuk pada tips praktis, ada beberapa prinsip dasar yang perlu dipahami orang tua:
- Teladan Lebih Penting dari Perintah
Anak meniru lebih cepat daripada mendengar. Jika orang tua rajin membaca Al-Qur’an, anak akan terdorong untuk melakukan hal yang sama. - Kesabaran adalah Kunci
Belajar membaca Al-Qur’an, apalagi untuk anak kecil, membutuhkan proses. Jangan berharap instan. Setiap huruf, makhraj, dan tajwid perlu waktu untuk dikuasai. - Buat Suasana Menyenangkan
Al-Qur’an bukan beban, melainkan cahaya. Jika proses belajar terasa menyenangkan, anak akan mencintainya dengan tulus. - Konsistensi Lebih Penting daripada Durasi Panjang
Lebih baik anak belajar 10–15 menit setiap hari dengan konsisten, daripada dipaksa belajar berjam-jam namun jarang dilakukan.
Tips Praktis Membimbing Anak Belajar Mengaji
1. Mulai dengan Mendengar
Sebelum anak mampu membaca, biasakan ia mendengar lantunan Al-Qur’an. Putarkan murattal dengan suara qari yang merdu, terutama saat anak hendak tidur atau bermain. Anak akan terbiasa dengan irama dan kosa kata Al-Qur’an.
“Membiasakan telinga anak mendengar ayat-ayat Allah adalah langkah pertama agar hatinya jatuh cinta.”
2. Jadikan Orang Tua sebagai Role Model
Anak perlu melihat orang tuanya sering membaca Al-Qur’an. Tidak cukup hanya menyuruh. Jika ayah atau ibu rajin tilawah selepas maghrib, anak akan meniru dengan sendirinya.
Kisah inspiratif datang dari Imam Syafi’i yang hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun. Salah satu faktornya karena ibunya sangat perhatian terhadap pendidikan Qur’ani beliau.
3. Gunakan Media yang Ramah Anak
Sekarang banyak metode belajar mengaji yang inovatif: buku Iqra’ bergambar, aplikasi interaktif, atau kartu hijaiyah berwarna. Media yang menarik dapat membuat anak lebih bersemangat.
Namun ingat, media hanya alat bantu. Sentuhan kasih sayang orang tua tetap yang utama.
4. Belajar dengan Bermain
Anak usia dini lebih mudah belajar sambil bermain. Misalnya:
- Membuat permainan tebak huruf hijaiyah.
- Menyanyi lagu huruf hijaiyah.
- Memberi hadiah kecil jika anak berhasil membaca satu halaman.
Dengan cara ini, anak tidak merasa terbebani.
5. Gunakan Metode Kisah Inspiratif
Sisipkan cerita-cerita tentang keutamaan Al-Qur’an. Ceritakan bahwa di hari kiamat, orang yang rajin membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat. Atau kisah sahabat kecil Nabi, Abdullah bin Abbas, yang sejak kecil sudah dekat dengan Al-Qur’an.
Kisah akan menyalakan imajinasi anak, membuatnya merasa menjadi bagian dari “pahlawan Al-Qur’an”.
6. Bangun Rutinitas Waktu Belajar
Tentukan waktu khusus untuk belajar mengaji, misalnya setelah shalat maghrib atau subuh. Rutinitas yang konsisten akan membentuk kebiasaan baik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Muslim)
7. Beri Apresiasi, Bukan Hukuman
Setiap kemajuan anak, sekecil apa pun, patut diapresiasi. Misalnya dengan pelukan, pujian, atau hadiah sederhana. Sebaliknya, hindari memarahi anak saat ia salah membaca.
Tujuan kita bukan sekadar membuat anak bisa membaca, tetapi agar mereka mencintai Al-Qur’an.
8. Doakan Anak dengan Tulus
Jangan lupakan senjata paling ampuh: doa. Doakan anak-anak agar hatinya dilembutkan dan dimudahkan dalam mencintai Al-Qur’an.
Doa orang tua adalah doa mustajab. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'” (QS. Al-Furqan: 74)
Tantangan yang Sering Dihadapi Orang Tua
Tentu perjalanan membimbing anak tidak selalu mulus. Beberapa tantangan yang sering muncul antara lain:
- Anak mudah bosan – Solusinya dengan variasi metode belajar.
- Gangguan gadget dan TV – Atur waktu penggunaan gadget agar tidak mengalahkan waktu belajar.
- Kurangnya kesabaran orang tua – Ingatlah bahwa setiap anak punya kecepatan belajar berbeda.
Kunci menghadapi semua tantangan ini adalah kesabaran dan doa.
Buah Manis dari Usaha Membimbing Anak
Anak yang sejak kecil diajarkan mencintai Al-Qur’an akan tumbuh dengan karakter istimewa:
- Memiliki akhlak yang lebih terjaga.
- Terbiasa mendengar kata-kata indah dari Al-Qur’an.
- Menjadi penerus generasi Qur’ani yang dirindukan umat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dikatakan kepada orang yang membaca Al-Qur’an: Bacalah, naiklah, dan tartilkanlah sebagaimana engkau membacanya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Betapa indah jika anak-anak kita kelak mendapat kemuliaan itu, dan orang tua pun ikut mendapatkan pahala jariyah dari setiap huruf yang dibaca.
Penutup: Mari Kita Mulai dari Rumah
Mengajarkan anak cinta Al-Qur’an sejak dini adalah investasi terbesar seorang Muslim. Tidak ada warisan yang lebih mulia daripada mewariskan Al-Qur’an kepada anak-anak kita.
Prosesnya memang membutuhkan kesabaran, tetapi hasilnya adalah generasi Qur’ani yang akan membawa cahaya dalam keluarga dan masyarakat.
Mari kita jadikan rumah kita sebagai taman Al-Qur’an tempat anak-anak tumbuh dengan lantunan ayat suci, doa, dan teladan dari orang tua.
Seperti kata pepatah Arab:
“At-thifl kal-waraqah al-bayda’, maa ruqima fihaa naqasyat.”
(Anak kecil itu ibarat kertas putih, apa yang dituliskan di atasnya akan membekas.)
Maka, mari kita tuliskan Al-Qur’an di hati anak-anak kita sejak dini.