No products in the cart.
Gotong Royong dalam Islam: Warisan Leluhur yang Mulia

Pendahuluan
Masyarakat Indonesia dikenal dengan nilai luhur gotong royong, sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyang. Gotong royong bukan sekadar aktivitas bekerja bersama, tetapi juga menjadi roh kebersamaan yang mengikat kehidupan sosial. Dalam Islam sendiri, semangat tolong-menolong dan kebersamaan ini mendapatkan perhatian yang sangat besar. Al-Qur’an dan hadis menegaskan bahwa seorang Muslim tidak bisa hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan harus hadir memberi manfaat bagi orang lain.
Gotong royong, jika dikaitkan dengan ajaran Islam, bukan hanya budaya lokal, tetapi juga ibadah sosial yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT. Maka, menghidupkan gotong royong berarti menghidupkan kembali ajaran Islam yang penuh rahmat.
Gotong Royong dalam Perspektif Islam
Dalam bahasa Arab, gotong royong identik dengan konsep ta’awun yang artinya saling menolong dalam kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”
(QS. Al-Maidah: 2)
Ayat ini menjadi landasan utama bahwa setiap bentuk kerja sama dan gotong royong harus diarahkan pada kebaikan, bukan pada keburukan. Gotong royong bukan hanya urusan duniawi, melainkan bagian dari perintah agama.
Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya kebersamaan dalam sabdanya:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang, cinta, dan kelembutan mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan betapa umat Islam seharusnya hidup bagaikan satu tubuh saling peduli, saling membantu, dan tidak membiarkan saudaranya kesusahan sendirian.
Gotong Royong Sebagai Warisan Leluhur
Nilai gotong royong sudah lama menjadi identitas bangsa Indonesia. Dalam kehidupan pedesaan, kita mengenal kegiatan seperti membangun rumah bersama (membangun joglo, rumah kayu, atau rumah bambu), panen bersama di sawah, kerja bakti membersihkan lingkungan, hingga membantu tetangga yang sedang hajatan. Semua dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih, hanya dengan mengharap kebaikan dan hubungan sosial yang semakin erat.
Jika dilihat dari kacamata Islam, tradisi ini sejalan dengan prinsip ukhuwah (persaudaraan). Gotong royong menjaga keharmonisan, memperkuat silaturahmi, dan menumbuhkan empati. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur bangsa sesungguhnya sangat dekat dengan ajaran agama.
Manfaat Gotong Royong dalam Kehidupan
Gotong royong tidak hanya menghadirkan nilai spiritual, tetapi juga memiliki manfaat nyata dalam kehidupan sosial. Beberapa di antaranya adalah:
- Meringankan Beban Sesama
Apa yang terasa berat bagi satu orang, akan terasa ringan jika dikerjakan bersama. Misalnya, pembangunan masjid, perbaikan jalan, atau membantu tetangga yang sedang kesulitan ekonomi. - Mempererat Silaturahmi
Dalam gotong royong, setiap orang terlibat aktif. Hal ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan memperkuat hubungan sosial, sehingga tercipta lingkungan yang harmonis. - Mengajarkan Keikhlasan
Gotong royong biasanya dilakukan tanpa mengharap bayaran. Hal ini melatih keikhlasan dan menanamkan nilai bahwa membantu sesama adalah ibadah. - Menumbuhkan Solidaritas Umat
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Dengan gotong royong, umat Islam belajar untuk selalu hadir memberi manfaat bagi lingkungannya.
Contoh Gotong Royong di Era Modern
Banyak yang beranggapan bahwa gotong royong hanya hidup di desa, sementara di kota besar budaya ini mulai memudar. Namun, jika kita cermati, semangat gotong royong masih bisa diwujudkan dalam bentuk modern, seperti:
- Crowdfunding untuk bantuan sosial – Masyarakat kini bergotong royong lewat donasi digital untuk korban bencana, pembangunan sekolah, atau bantuan kesehatan.
- Relawan komunitas – Banyak anak muda bergabung dalam komunitas sosial, membersihkan lingkungan, menanam pohon, atau mengajar anak-anak jalanan.
- Program Yayasan dan Masjid – Seperti program sedekah nasi bungkus, santunan yatim, hingga pembangunan pondok tahfidz yang dilakukan secara kolektif oleh umat.
Gotong royong tidak lagi terbatas pada fisik, tetapi juga bisa dalam bentuk dukungan finansial, doa, tenaga, hingga ide.
Hubungan Gotong Royong dengan Amal Jariyah
Dalam Islam, amal yang terus mengalir meski pelakunya sudah wafat disebut amal jariyah. Gotong royong sering kali menghasilkan amal jariyah, misalnya:
- Bergotong royong membangun masjid.
- Bersama-sama mewakafkan tanah untuk pondok tahfidz.
- Gotong royong membangun sumur atau irigasi pertanian.
Setiap orang yang ikut serta akan terus mendapatkan pahala selama fasilitas itu dimanfaatkan. Inilah salah satu hikmah besar dari gotong royong dalam perspektif Islam.
Menghidupkan Kembali Semangat Gotong Royong
Sayangnya, di era modern, individualisme semakin tinggi. Banyak orang sibuk dengan dunianya sendiri sehingga enggan melibatkan diri dalam kegiatan sosial. Oleh karena itu, kita perlu menghidupkan kembali budaya gotong royong dengan cara:
- Mengajarkan sejak dini kepada anak-anak.
Ajak anak ikut serta dalam kegiatan sosial agar mereka terbiasa membantu sesama. - Memanfaatkan teknologi.
Gunakan media sosial untuk menggerakkan gotong royong digital, seperti kampanye donasi online. - Menjadi teladan di masyarakat.
Orang tua, tokoh agama, dan pemimpin lokal perlu memberi contoh nyata agar masyarakat ikut bergerak. - Mengaitkan dengan nilai agama.
Sampaikan kepada masyarakat bahwa gotong royong adalah ibadah, bukan sekadar budaya.
Penutup
Gotong royong adalah warisan leluhur yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Tradisi ini bukan hanya tentang bekerja bersama, tetapi juga tentang menumbuhkan kepedulian, memperkuat ukhuwah, dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam Islam, gotong royong adalah bentuk nyata dari ta’awun, yaitu saling membantu dalam kebaikan.
Di era modern, semangat gotong royong bisa dihidupkan kembali dengan cara-cara baru, baik melalui kegiatan sosial langsung maupun melalui platform digital. Selama nilai keikhlasan dan kepedulian tetap dijaga, maka gotong royong akan selalu relevan sepanjang zaman.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang meringankan beban seorang mukmin dari kesulitan dunia, niscaya Allah akan meringankan bebannya dari kesulitan di hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Maka, mari kita terus menjaga tradisi gotong royong sebagai ibadah sosial. Dengan begitu, kita tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menegakkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.