No products in the cart.
Doa dan Usaha: Keseimbangan antara Tawakal dan Ikhtiar dalam Islam

Pendahuluan
Setiap manusia pasti memiliki cita-cita dan perjuangan hidup yang ingin diraih. Ada yang berusaha keras siang dan malam, namun hatinya gelisah karena belum melihat hasil. Ada pula yang berdoa tanpa henti, tetapi melupakan ikhtiar yang nyata. Dalam Islam, doa dan usaha bukanlah dua hal yang terpisah melainkan dua sayap yang harus digunakan bersama agar seseorang dapat terbang menuju ridha Allah.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Ikatlah untamu terlebih dahulu, kemudian bertawakkallah kepada Allah.”
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menjadi dasar yang kuat bahwa tawakal tidak berarti pasrah tanpa tindakan, melainkan menyerahkan hasil setelah berusaha maksimal.
Makna Tawakal yang Sebenarnya
Tawakal berasal dari kata wakala, yang berarti menyerahkan urusan kepada pihak lain yang dipercaya. Dalam konteks spiritual, tawakal berarti menyerahkan hasil segala usaha kepada Allah setelah melakukan yang terbaik.
Sayangnya, sebagian orang masih keliru memahami tawakal sebagai bentuk kepasrahan total tanpa tindakan. Padahal, para ulama menegaskan bahwa tawakal harus didahului dengan ikhtiar.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan:
“Tawakal bukan berarti meninggalkan sebab, tetapi mengosongkan hati dari ketergantungan terhadap sebab.”
Artinya, kita tetap harus berusaha, tetapi hati tidak boleh bergantung pada usaha itu karena hasil sepenuhnya di tangan Allah.
Doa Sebagai Wujud Ketergantungan kepada Allah
Doa adalah jembatan antara hamba dan Tuhannya. Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS. Ghafir: 60)
Ayat ini mengandung janji ilahi bahwa setiap doa pasti didengar, meski mungkin tidak langsung dikabulkan sesuai keinginan manusia.
Kadang Allah menunda karena waktu belum tepat. Kadang Allah ganti dengan yang lebih baik. Kadang pula Allah simpan pahalanya di akhirat.
Namun satu hal pasti: doa tanpa usaha adalah ketidakseimbangan, sebagaimana usaha tanpa doa adalah kesombongan.
Kisah Teladan: Nabi Zakaria dan Ikhtiar yang Tak Pernah Padam
Dalam Al-Qur’an, kita dapati kisah luar biasa dari Nabi Zakaria ‘alaihissalam. Beliau berdoa dengan penuh harap di usia yang sudah lanjut dan istrinya mandul. Namun doa itu tak pernah berhenti.
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah ahli waris yang paling baik.”
(QS. Al-Anbiya: 89)
Doa itu akhirnya dikabulkan Allah dengan kelahiran Nabi Yahya, seorang anak saleh yang membawa cahaya bagi umatnya.
Dari kisah ini kita belajar bahwa doa dan usaha harus berjalan seiring Zakaria tetap berdoa, tetap berharap, dan tetap berbuat baik tanpa putus asa.
Menemukan Keseimbangan: Doa di Hati, Usaha di Tangan
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang terjebak pada ekstrem: terlalu bergantung pada kerja keras dan melupakan doa, atau sebaliknya terlalu sibuk berdoa tapi enggan bergerak.
Padahal, keseimbangan keduanya justru menghadirkan ketenangan batin dan keberkahan.
Beberapa prinsip penting dalam menjaga keseimbangan ini:
- Mulailah dengan niat yang benar.
Setiap usaha harus diawali dengan niat lillahi ta’ala. Niat yang benar menjadikan aktivitas duniawi bernilai ibadah. - Berdoalah sebelum dan sesudah berusaha.
Doa adalah bentuk pengakuan bahwa kita lemah tanpa pertolongan Allah. - Fokus pada proses, bukan hanya hasil.
Dalam Islam, yang dinilai Allah adalah niat dan usaha kita bukan semata hasil akhirnya. - Jangan putus asa bila belum dikabulkan.
Allah mengatur waktu terbaik untuk setiap doa. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Pandangan Ulama Tentang Keseimbangan Doa dan Usaha
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Madarijus Salikin menulis:
“Doa dan usaha ibarat senjata dan panah. Tidak akan ada hasil tanpa keduanya.”
Sementara Syekh Mutawalli Sya’rawi menambahkan:
“Orang yang berdoa tanpa usaha adalah orang yang malas, dan orang yang berusaha tanpa doa adalah orang yang sombong.”
Keduanya menegaskan pentingnya sinergi antara ikhtiar lahir dan doa batin karena hanya dengan itu manusia dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Implementasi di Kehidupan Sehari-hari
Dalam konteks yayasan sosial seperti CSJ Peduli, semangat ini sangat relevan.
Tim relawan dan pengurus yayasan setiap hari berusaha membantu masyarakat melalui program pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan. Namun setiap langkah selalu diawali dengan doa bersama, memohon agar setiap tindakan menjadi amal yang diterima Allah.
Begitu pula dalam kehidupan pribadi.
Seorang petani yang menanam benih sambil berdoa agar panen melimpah, seorang pelajar yang belajar sambil memohon kelancaran ilmu, atau seorang pedagang yang bekerja sambil menjaga kejujuran semuanya adalah contoh nyata keseimbangan doa dan usaha.
Penutup: Kunci Tenang dalam Perjalanan Hidup
Dalam setiap perjuangan, manusia pasti diuji oleh kegagalan, penantian, dan rasa lelah. Namun ketika seseorang belajar berdoa dengan sungguh-sungguh dan berusaha dengan sepenuh hati, maka ia akan menemukan kedamaian.
Karena ia tahu, hasil apapun yang datang adalah yang terbaik dari Allah.
Sebagaimana firman-Nya:
“Apabila kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.”
(QS. Ali Imran: 159)
Jadi, jangan berhenti berdoa meski hasil belum terlihat.
Jangan berhenti berusaha meski doa belum terjawab.
Karena keajaiban selalu hadir di persimpangan antara doa yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh.